Skip to main content

Posts

Showing posts with the label gotta move on

“Kau yang Hadir dalam Gugur”

Gores Pena : Arifatul Bahirah image by:  http://freedesignfile.com/87560-hands-and-red-heart-vector/ Engkau, tidak tahu bukan? Setiap kata yang terucap dari lisan itu Sempurna menyusup dalam hati Seraya berbisik h arap ,  kaulah imamnya Kau, tentulah tidak tahu bukan? Sekeranjang kata bunga dari lisan itu Elok sudah membungkus hati ini rapi Seraya menelisir dalam fikir, sepertinya memang kaulah imamnya. Tapi, tabir engkau hilang di tetiba waktu Meninggalkan bisik harap pun fikir tak bertuan Hingga gugur sudah, Bunga hati yang sempat terkira imamku. Pun tapi, kau tahu? Bunga itu, tergugur indah Tak berhias tangis, pun sesal Hanya sesingkat berkata Terima kasih, duhai hati pertamaku

Another "move on" thing

Malam.. :) Semakin malam, sepertinya wajar ya, kalau postingannya tentang galau-galau. hehe.. Tapi nggak papa lah yaa.. Kalau kata kakak tingkat saya, "galau itu siklus kehidupan, nggak usah denial" . haha http://www.jarofquotes.com/view.php?id=just-because-you-miss-someone-doesnt-mean-you-need-them-back-in-your-life-sometimes-missing-is-just-a-part-of-moving-on Oke.. yang kali ini akan saya posting adalah tentang "Move On". :) Pernah tertarik dengan orang? Pernah pastinya ya? Pernah ditinggal nikah duluan? *eh. haha Pernah harus merelakan karena Allah lebih menyayanginya? Kebetulan, saya pernah semua. hahaha Entah itu teman, sahabat, ataupun keluarga. Tapi menurut saya, dan anggapan saya pribadi, Semua ke"pernah"an itu...sejatinya proses. Proses apa? Proses belajar mengenal suatu kata yang bernama "Cinta", lengkap dengan blessing heart dan broken heart -nya. Kemudian darinya kita tumbuh untuk mengerti pera...

Dalam memilih, seorang muslimah setidaknya harus melibatkan beberapa pihak dan hal ini dalam memutuskan

“Segala sesuatu yang ditakdirkan bersama, maka apapun yang mencegahnya, dia akan menemukan jalan untuk bersatu. Pun sebaliknya, sesuatu yang tidak ditakdirkan bersama, maka apapun yang dilakukan, dia tidak akan pernah bersatu” ~Tere Liye~ images credit : https://id.pinterest.com/pin/393572454914055068/ Minggu, 23 Oktober 2016 kemarin, saya belajar, diingatkan, sekaligus menyadari suatu hal. Ya, sesuatu yang kemudian saya sebut makna. Ini dimulai dari sebuah pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang peserta SPN, ”Ustadz, bagaimana jika ada yang datang mengkhitbah, namun hati si akhwat tidak ada kecenderungan kepadanya, sedangkan laki-laki yang ia cenderung kepadanya bukanlah orang yang melamar?”. Kemudian ustadz pun menjawab ”Aduh, coba itu dipikir lagi, kalau laki-laki yang datang itu sudah masuk semua kriterianya dengan laki-laki shalih, kenapa ditolak? Kalau ada yang mendatangi antunna dengan niat untuk nembung , jangan buru-buru untuk memutuskan! Beri waktu untuk ant...

Whether you choose to move on or even locked in the past: Life Goes On!

Yes, It hit me really hard over and over again. Life goes on! Whether you choose to move on and do everything you could, Or locked in the past. Yes, these all lies between two choices, afterall Every single time, every single of free time, You have to think anything about moving on, doing anything on your own, or else the only thing you remember is the past Probably, this thing is the best way for accepting the past, forget the memories from the past, protect and recreate your future! Or even, it's not probably. It's absolutely the best way to do #2016, September 22nd . . . . . image credit by : geniusquotes.net supported by : google images

Merelakan, mengikhlaskan = Belajar

Duhai, merelakan dan mengikhlaskan itu sebelas dua belas. Keduanya sesama bagian dari proses belajar. Belajar memahami bahwa apabila sesuatu harus dilepaskan, maka sama artinya dengan siap untuk menerima yang lebih baik. Mengapa merelakan dan mengikhlaskan itu perlu belajar? Sebab, belajar keduanya tidak bedanya seperti belajar pada umumnya. Yang tadinya tidak bisa, perlahan bisa, kemudian bisa seutuhnya. Juga di dalamnya, ada ujian-ujian yang apabila belum berhasil, maka perlu belajar lagi. Kalau sudah berhasil, maka kemudian mudah untuk melangkah pada tahap selanjutnya. Kesemuanya itu rangkaian proses untuk menjadi baik. :) (C) Arifatul Bahirah, 07082016 #Repost images powered by : google images

Tanya jawab yang selalu terulang: tentang hati

Duhai, mengapa ia masih saja terpaut di hati? Karena ia yang pertama Lalu, lantas mengapa kalau yang pertama? Karena ia yang pertama mengenalkanmu dengan fitrah hati manusia Rabb-Nya untuk mencintai makhluknya. Lalu, mengapa kemudian ia pergi? Sebab ketika kamu bertemu dengannya, kamu kemudian mengenal cinta. Maka amanahnya untuk mengajarimu tentang itu sudah tertunaikan. Lantas mengapa ia tidak mengajarkan lebih banyak hal saja kepadaku? Wahai, mungkin saja kebersamaannya denganmu bertahun-tahun kemarin sudah cukup untuk mengajarimu banyak hal. Kalau begitu, apakah tidak ada kemungkinan ia akan kembali? Duhai, biar saja itu menjadi rahasia langit, kalau memang ia yang terbaik untukmu, maka esok, lusa, atau keesokan lainnya ia akan kembali ke rumahmu. Kalau tidak, maka kamu akan dipertemukan dengan insan pilihan-Nya, insan terbaik-Nya, Yang Maha tidak pernah salah dalam menentukan sesiapa untuk sesiapa. ~Saturday, 2016 July 30th images powered by...

Tentang Move On #2

Sebuah alasan mudah bukan? Tapi, siapa sangka, melaksanakannya tak semudah menuliskannya. Lantas, apakah harus tetap dicoba? Tentu saja, Sebab mencobanya, sama artinya dengan memberikan kesempatan diri untuk berbahagia dengan yang lebih baik. Namun, tak begitu saja melupakan. Sebab semakin mencoba tuk melupa, Boleh jadi justeru semakin teringat. Maka mari kita sederhanakan saja. Ya, disederhanakan. Waktunya mengganti melupakan dengan mengikhlaskan. Mengapa mengikhlaskan? Sebab mengikhlaskan, sama artinya dengan memberi jeda pada hati. Jeda tuk beristirahat, Jeda untuk kembali pada posisi semula. Agar dapat bersegera bersiap meniti lembar yang baru. ~Solo, 17 Desember 2015~ Gores Pena: Arifah El-Kizai

Tentang move on #1

Move on itu... penting. Iya, penting sekali. Sebab, tidak ada satupun di dunia ini yang dapat kita genggam erat selamanya, Maka, juga tidak boleh ada yang membuat kita terus menerus bermurung diri. Move on itu.... penting. Tentu saja. Sebab, hati kita hanya satu. Namun ruang di dalamnya tak hanya satu. Jadi terlalu sayang jika hanya diisi satu orang saja. Karena disadari atau tidak, satu orang itu nanti dapat menempati ruang lebih banyak, Padahal orangtua kita, teman-teman, dan orang-orang yang membutuhkan kita, Mereka pun membutuhkan ruang Jadi, berlaku adillah! Lantas, jika harus move on, hati harus bagaimana ? Tunggu saja... Karena sejatinya, hati akan sendirinya move on ketika ia akhirnya mengerti bahwa sudah tidak ada lagi titik balik Tunggu saja... biar waktu yang menjawab Mengapa waktu? Iya, sebab dari waktu kita bisa belajar, Mana yang harus diperjuangkan, Mana yang harus dipertahankan, dan Mana yang haru diikhlaskan. ...

Syafakillah... duhai hati

Syafakillah... duhai hati Semoga sakit ini sebagai tandaNya masih mencintamu, juga tanda cemburuNya untukmu. Fii amanillah, semoga bersegera kembali istiqomah berlabuh dalam asa yang hakiki. (C) Arifah El-Kizai, 12102015