Skip to main content

Merelakan, mengikhlaskan = Belajar


Duhai, merelakan dan mengikhlaskan itu sebelas dua belas.
Keduanya sesama bagian dari proses belajar.
Belajar memahami bahwa apabila sesuatu harus dilepaskan, maka sama artinya dengan siap untuk menerima yang lebih baik.
Mengapa merelakan dan mengikhlaskan itu perlu belajar?
Sebab, belajar keduanya tidak bedanya seperti belajar pada umumnya.
Yang tadinya tidak bisa, perlahan bisa, kemudian bisa seutuhnya.
Juga di dalamnya, ada ujian-ujian yang apabila belum berhasil, maka perlu belajar lagi.
Kalau sudah berhasil, maka kemudian mudah untuk melangkah pada tahap selanjutnya.
Kesemuanya itu rangkaian proses untuk menjadi baik. :)


(C) Arifatul Bahirah, 07082016

#Repost

images powered by : google images

Comments

Popular posts from this blog

Book Review : Happy Little Soul >> One of the best parenting guidelines for every mom (and mom gonna be)

Identitas Buku Judul : Happy Little Soul Penulis : Retno Hening Palupi (@retnohening) Editor : Tesara Rafiantika Penerbit : Gagas Media Harga buku : IDR 80,000 Dokumentasi pribadi When you're a mother, you're never really alone in your thoughts. A mother always has to think twice, once for herself, and once for her child -- Sophia Loren  Ya, kurang lebih, quote diatas mewakili kesan yang saya dapat sepanjang saya membaca buku ini, lembar demi lembarnya. Di buku ini, saya seakan dibawa untuk mengerti dunia perjuangan sebagai ibu. Mulai dari menahan rasa mual, sakit, lemah ketika mengandung, lalu kemudian memuncak menjadi rasa sakit yang begitu hebat saat kontraksi akan melahirkan. Setelah melahirkan, lantas kemudian berusaha membangun bonding  dengan anak saat menyusui. Ah, rasanya jatuh bangun berkali-kali, waktu tidur yang berantakan, dan semacamnya itu menjadi panganan sehari-hari ketika peran seorang ibu mulai dipegang. Tidak sampai situ saja, memutar ota...

Book's Review : Don't Be Sad (Laa Tahzan) >> Recommended book over years!

Bismillah.. Assalamu'alaykum :) Selamat pagi, siang, malam ^^ (silahkan sesuaikan dengan waktu kapan anda membaca postingan saya ini) Sebelum memulai review, seperti biasa, postingan saya akan diwarnai dengan curhatan yaa. hha :P Akhirnya, malam ini, setelah selama kurang lebih hampir dua minggu penuh waktu tidur saya berantakan sekali, sampai waktu tidur pun bisa saya hitung... selama dua minggu ini, saya hanya memiliki waktu tidur hanya 16 jam. Rinciannya kira-kira, selama seminggu pertama terhitung sejak tanggal 5-9 Mei, saya tidak punya waktu tidur sama sekali. Bukan ding, sebenarnya bukan tidak punya. But thanks to my perfectionist personality. Saya tidak bisa tenang untuk tidur sama sekali sebelum saya menyelesaikan project wajib mahasiswa tingkat akhir, yang tak lain dan tak bukan adalah S.(Kri)Psi BAB 4 dan BAB 5. Bukan, sama sekali bukan maksud hati ingin bilang kalau saya keren banget bisa bertahan selama itu mainan sama BAB 4. Justru sebaliknya, saya belum m...

Low Budget Skincare Routine Product for Acne-Prone Skin

Akhirnya... setelah hampir dua bulan vakum menulis karena berhimpitan dengan beberapa aktivitas, akhirnya bisa kembali menulis lagi di blog kesayangan ini. Padahal list request tulisan sudah dari kapan menumpuk, tapi tak kunjung ada juga postingannya. Sampai mungkin teman-teman yang request sudah pupus saya PHP-in. Maafkan yaa~  Baik, tapi saya coba tulis saja ya... Semoga sedikit banyak bermanfaat..  Baiklaah.... masih ingat perbincangan di postingan  Skincare Investation  sebelumnya? *kalau belum baca, boleh silahkan klik link-nya ya!  Nah, kalau bicara soal skincare a.k.a perawatan kulit terutama untuk wajah, memang terdengar costly ya? Ohhoo~ kalau saya, iya banget... haha Tapi, seperti yang sebelumnya pernah saya bahas di postingan Skincare Investation... Afterall , skincare itu tidak sebatas buang-buang duit percuma seperti kalau jajan makanan yang sekali jajan langsung habis. Melainkan sebagai langkah investasi preventif dan kuratif ter...