Skip to main content

kenapa lebih banyak mengeluh daripada bersyukur?

 
 
 
kenapa yaa.......... kayaknya kita itu lebih banyak mengeluh sama Allah ketimbang bersyukur.
Memang Allah itu tempat mengadu segala hal, tapi.........
coba dirasa....
persentase antara kita ngeuh sama bersyukur atas Allah banyakan mana coba ? yang jawab banyakan bersyukur saya acungin jempol, karna saya rasa saya belum seperti itu. hayo2 siapaaa?
Kebanyakan dari kita ya.... mungkin tiap kali ada masalah selalu nuangin kekesalannya ataupun kesedihannya, kemarahannya, di atas suatu kertas, atau minta solusi dari orang terdekat kita.
waktu saya ikut program taushiyah di sekolah saya, ustadzah bilang:

"kalo ada masalah itu larinya ke Allah"

tapi saya rasa ya.... kebanyakan dari kita nih yaa...... kita inget Allah kalo lagi ada masalah aja......

Tahukah kita? sebenarnya nikmat yang Allah berikan itu jauh lebih besar jumlahnya ketimbang masalah2 yang kita hadapi selama ini! cuma terkadang kita ngerasa masalah itu beraaaaattttt......... banget! padahal kan Allah nggak bakalan ngasih masalah yang melewati kemampuan makhluknya, Allah tu ngertiin kita banget, bahkan Allah terlalu sering mentolerir pelanggaran2 yang kita buat terhadap ketentuan Allah.Kenapa kita nggak bisa ngertiin Allah sedikiii....ttt saja? 

 Keseringan dari kita nih ya..... coba deh.....
KITA...... kalo Berdo'a sama Allah sehabis shalat aja atau kapanpun itu, di dalam Do'a kita itu persentasinya lebih banyak mana antara kita meminta dengan kita bersyukur? 
 Nah..... maka dari itu...... mulai sekarang, cobalah kita ngertiin Allah...... Allah tidak meminta lebih, Firman Allah kan  """"Manusia dan jin diciptakan tidak lain untuk beribadah kepada Allah"


beratkah? coba deh...... yuk kita mulai banyak2 bersyukur sama Allah, ibadah wajib, dan sunnahnya juga jangan sampe lupa.....

Comments

Popular posts from this blog

Book's Review : Don't Be Sad (Laa Tahzan) >> Recommended book over years!

Bismillah.. Assalamu'alaykum :) Selamat pagi, siang, malam ^^ (silahkan sesuaikan dengan waktu kapan anda membaca postingan saya ini) Sebelum memulai review, seperti biasa, postingan saya akan diwarnai dengan curhatan yaa. hha :P Akhirnya, malam ini, setelah selama kurang lebih hampir dua minggu penuh waktu tidur saya berantakan sekali, sampai waktu tidur pun bisa saya hitung... selama dua minggu ini, saya hanya memiliki waktu tidur hanya 16 jam. Rinciannya kira-kira, selama seminggu pertama terhitung sejak tanggal 5-9 Mei, saya tidak punya waktu tidur sama sekali. Bukan ding, sebenarnya bukan tidak punya. But thanks to my perfectionist personality. Saya tidak bisa tenang untuk tidur sama sekali sebelum saya menyelesaikan project wajib mahasiswa tingkat akhir, yang tak lain dan tak bukan adalah S.(Kri)Psi BAB 4 dan BAB 5. Bukan, sama sekali bukan maksud hati ingin bilang kalau saya keren banget bisa bertahan selama itu mainan sama BAB 4. Justru sebaliknya, saya belum m

Your heart need a break

Being kind to yourself is a process, You've lived under people expectations over years, And those conditions not frequently making you wounded and leaving a scar. But afterall, life is never fail to give you lessons. So now, time for you to be healed, not to forget your wound, but to accept and thank them. Thank them for the lesson you've learned, just so you will address a merciful future life. Indeeed, there are no guarantee that you won't experience a painful event anymore. But hey... a strong heart always need an exercise to level-up, isn't it? _2021, February 12th_ (copyright image : blog.cityspotsfitness.com)

Book Review : Happy Little Soul >> One of the best parenting guidelines for every mom (and mom gonna be)

Identitas Buku Judul : Happy Little Soul Penulis : Retno Hening Palupi (@retnohening) Editor : Tesara Rafiantika Penerbit : Gagas Media Harga buku : IDR 80,000 Dokumentasi pribadi When you're a mother, you're never really alone in your thoughts. A mother always has to think twice, once for herself, and once for her child -- Sophia Loren  Ya, kurang lebih, quote diatas mewakili kesan yang saya dapat sepanjang saya membaca buku ini, lembar demi lembarnya. Di buku ini, saya seakan dibawa untuk mengerti dunia perjuangan sebagai ibu. Mulai dari menahan rasa mual, sakit, lemah ketika mengandung, lalu kemudian memuncak menjadi rasa sakit yang begitu hebat saat kontraksi akan melahirkan. Setelah melahirkan, lantas kemudian berusaha membangun bonding  dengan anak saat menyusui. Ah, rasanya jatuh bangun berkali-kali, waktu tidur yang berantakan, dan semacamnya itu menjadi panganan sehari-hari ketika peran seorang ibu mulai dipegang. Tidak sampai situ saja, memutar otak